LANDASAN TEORI
2.1 TEORI
2.1 TEORI
Marketing Mix
Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah
:
a. Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan
manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses
pertukaran.
b. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran
adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan
pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
c. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan
bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan
mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai
pasar sasaran serta tujuan perusahaan.
d. Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem
keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
Konsep marketing mix merupakan salah satu konsep dalam
pemasaran modern pada saat sekarang ini. Dimana konsep tersebut adalah salah
satu kegiatan pemasaran yang sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam
mengejar maksimum profit.
Dalam hal ini Swastha (1985 : 94) memberikan pengertian marketing mix adalah
empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran
perusahaan yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem
distribusi. Selanjutnya Kotler (1985 : 45-48) mengemukakan bahwa marketing mix
dapat dibagi menjadi 4 P sebagai berikut :
- Product (Produk)
- Price (Harga)
- Place (distribusi/tempat)
- Promotion (promosi)
Keempat produk di atas merupakan penentu dalam menganalisa pasar secara
keseluruhan, selanjutnya penulis akan menguraikan keempat komponen di atas
sebagai berikut :
1. Product (produk)
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan pada suatu pasar guna mendapatkan
perhatian untuk dimiliki, digunakan, dikonsumsi yang dapat memuaskan kebutuhan. Suatu produk dapat berupa suatu benda, jasa dan keinginan lain-lain untuk
melukiskan sesuatu yang dapat memenuhi keinginan. Untuk itu setiap pengusaha
harus mengetahui perkembangan kebutuhan konsumen melalui penelitian pasar agar
dapat mengetahui dan dapat menyesuaikan diri dalam menciptakan produk.
2 Price (harga)
Harga merupakan alat untuk mengukur nilai suatu barang, harga bagi produsen
merupakan penentu bagi permintaan pasar dan mempengaruhi posisi pesaing
perusahaan dalam merebut konsumen. Harga merupakan indicator dari pada barang, dalam menetapkan harga perlu
hati-hati dalam memperhatikan potensi pasar. Oleh sebab itu, menentukan harga
perlu diperhatikan agar harga yang ditetapkan dapat dijangkau oleh konsumen
disamping itu dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
3 Place (distribusi/tempat)
Produk yang telah dihasilkan oleh suatu perusahaan akan lebih berguna bagi
kensumen/pembeli apabila produk tersebut tersedia pada tempat dan saat dimana
saja dibutuhkan. Dalam pencapain tujuan utama dari pemasaran yakni menyalurkan barang-barang
atau jasa.Secara efisien dari produsen ke konsumen, maka diperlukan adanya
kegiatan penyaluran (distribusi) sebagai mata rantai yang harus dilalui oleh
barang-barang dari produsen ke konsumen pada waktu dan jumlah yang tepat. Barang yang dihasilkan oleh para produsen biasanya tidak secara langsung mereka
menjualnya kepada konsumen, tetapi biasanya mereka melalui suatu perantara agar
produk yang dihasilkan dapat dengan mudah sampai ke tangan konsumen. Basu swastha ( 1990: 190) memberikan defenisi tentang saluran distribusi
sebagai berikut: Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang
digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai
ketangan konsumen sebagai pemakai. Saluran distribusi yang digunakan adalah
suatu struktur yang menggambarkan alternativ saluran yang dipilih oleh para
produsen seperti: pedagang besar, agen, dan pengencer.
Hal ini produsen mempunyai 3 alternatif yaitu:
a. Distribusi Insentif
Distribusi ini dapat digunakan oleh para produsen yang menjual komponen
perusahaan yang berusaha menggunakan penyalur terutama pengecer
sebanyak-banyaknya untuk mendekati para konsumen. Usaha ini dimaksudkan untuk
mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen, semakin cepat para konsumen terpenuhi
kebutuhannya maka semakin cepat pula terpenuhi kepuasannya.
b. Distribusi Selektif
Perusahaan yang menggunakan distribusi ini berusaha memilih sejumlah pedagang
besar atau pengecer, agen yang terbatas dalam suatu daerah. Saluran ini
biasanya digunakan untuk memasarkan suatu produk baru (barang special) apabila
distribusi ini menguntungkan dari distribusi insentif maka jumlah pengecer atau
agen yang digunakan akan lebih terbatas.
c. Distribusi Ekslusif
Saluran ini dilakukan oleh perusahaan dan hanya menggunakan suatu pedagang
besar atau pengecer dalam daerah tertentu. Jadi produsen hanya menjual
produknya kepada suatu pedangang besar saja dengan mengunakan satu penyelur,
maka produsen akan lebih mudah dapat mengadakan pengawasan pada tingkat harga
enceran maupun usaha kerja sama dengan penyalur dalam periklanan. Pemilihan
saluran distribusi merupakan suatu masalah yang sangat penting sebab
keterlambatan barang-barang sampai ketangan kosumen dapat menturangi keuntungan
yang diterima oleh perusahaan.
4 Promotion (promosi)
Promosi adalah suatu usaha perusahaan atau individu memberikan informasi dan
mempengaruhi serta menarik konsumen sicara lansung terhadap produk yang
dihasilkan. Promosi adalah cara yang efektif dalam merebut konsumen dipasaran, serta
memperkenalkan barang-barang baru yang diproduksi.Promosi adalah cara yang efektif dalam merebut konsumen dipasaran, serta
memperkenalkan barang-barang baru yang diproduksi. lebih mudah dapat mengadakan pengawasan pada tingkat harga enceran maupun usaha kerja sama dengan penyalur dalam periklanan. Pemilihan saluran distribusi merupakan suatu masalah yang sangat penting sebab keterlambatan barang-barang sampai ketangan kosumen dapat menturangi keuntungan yang diterima oleh perusahaan.
Pengertian Harga
Harga adalah nilai estimasi penjual terhadap arti ekspresi nilai yang menyangkut kegunaan dan kualitas produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan promosi, ketersediaan produk melalui jaringan distribusi serta layanan yang menyertai suatu produk (Kartajaya, 2002 : 481). Jadi harga tidaklah sekedar perhitungan biaya-biaya ditambah sejumlah persentase tertentu sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan. Dalam bukunya, Kotler (2001:439) mengungkapkan harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut.
Tujuan Penetapan Harga
Menurut Lovelock dan Patterson dalam Tjiptono (2005:193),
tujuan umum penetapan harga adalah untuk mendukung strategi bauran pemasaran
secara keseluruhan. Setiap keputusan mengenai strategi penetapan harga harus
didasarkan pada pemahaman secara mendalam atas tujuan sepesifik yang ingin
perusahaan capai.
Strategi Penetapan Harga
Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam pemberian nilai produk kepada konsumen dan mempengaruhi imageproduk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Menurut Tjiptono (2005:198-200) strategi penerapan harga jasa adalah sebagai berikut :
a. Penetapan harga berdasarkan kepuasan (Statisfaction-Based
Pricing)
Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi ketidakpastian yang
dirasakan pelanggan. Bentuk implementasinya adalah sebagai berikut:
- Garansi jasa (service guarantees): penetapan harga disertai garansi,
- Benefit-driven pricing : penetapan harga berdasarkan manfaat,
- Flate-rate pricing : penetapan harga berdasarkan biaya aktual.
b. Relationship pricing
Adalah penetapan harga berdasarkan upaya yang menarik,
mempertahankan, dan meningkatkan relasi dengan para konsumen, seperti :
1. Long-term contracts, yaitu:
Penetapan harga berdasarkan kontrak dengan insentif harga
dan non harga kepada pelanggan agar mereka bersedia mengikat diri pada relasi
jangka panjang.
2. Price bundling, yaitu:
Adalah strategi penetapan harga dengan menjual satu jasa
atau lebih dalam satu paket. Harga satu paket harus lebih murah daripada harga
total masing-masing item bila dijual terpisah.
3. Efficiency pricing, yaitu:
Strategi penetapan harga melalui pemahaman, pengelolaan dan
penekanan biaya. Sebagian atau keseluruhan penghematan biaya akan diteruskan
kepada para pelanggan dalam bentuk harga yang lebih murah.
Dalam bukunya, Tjiptono juga menambahkan metode penetapan
harga konvensional dalam sektor jasa (Tjiptono, 2005:201-203), yaitu:
- Cost-based pricing, yaitu: metode penetapan harga berdasarkan perhitungan biaya- biaya finansial.
- Competition-based pricing, yaitu: strategi ini berfokus pada harga yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan lain dalam industri atau pasar yang sama.
- Demand-based pricing (value-based pricing), yaitu: menetapkan harga konsisten dengan persepsi pelanggan terhadap nilai.
Strategi penetapan harga jasa berdasarkan persepsi pelanggan
terhadap nilai, yaitu:
A.Nilai adalah harga murah;
- Discounting yaitu penetapan harga yang disertai dengan diskon
- Odd pricing : pemberian harga ganjil agar lebih dipersepsikan murah
- Synchro-pricing : pengelolaan harga berdasarkan sifat strategis
- Penetration pricing : penetapan harga murah untuk percobaan
B.Nilai adalah sesuatau yang diinginkan dari sebuah jasa;
- prestige pricing : penetapan harga mahal untuk kualitas prestisius
- skimming pricing : penetapan harga mahal dengan dana besar promosi
C.Nilai adalah kualitas yang didapatkan;
- Value pricing : penetapan harga berdasarkan paket
- Market segmentation pricing : penetapan harga berdasarkan segmen pasar.
D. Nilai adalah semua yang telah diberikan;
- Price framing : mengorganisasi harga berdasarkan referensi akurat
- Price bundling : menetapkan harga berdasarkan paket
- Complementary pricing : menetapkan harga untuk sifatnya melengkapi
- Results-based pricing : menetapkan harga berdasarkan hasil jasa
Keputusan Pembelian Konsumen
Pengambilan keputusan pada dasarnya merupakan proses
pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran. Kebanyakan konsumen, baik
konsumen individu maupun pembeli organisasi melalui proses mental yang hampir
sama dalam memutuskan produk/jasa dan merek apa yang akan dibeli.
A. Jenis-jenis pengambilan keputusan konsumen
Proses pengambilan keputusan konsumen ketika melakukan
pembelian adalah bervariasi, dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1.Keputusan pembelian dengan keterlibatan tinggi
Keputusan pembelian dengan keterlibatan tingkat tinggi
meliputi produk atau jasa secara psikologis penting bagi seorang konsumen
karena dapat memenuhi kebutuhan sosial atau pribadinya. Untuk mengurangi resiko
sehubungan dengan pembelian produk/jasa dengan keterlibatan tinggi, banyak konsumen
yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang kompleks. Mereka mencari
informasi secara luas dari berbagai sumber untuk mengevaluasi produk/jasa
pilihan untuk meminimalkan kemungkinan konsekuensi negatif yang tidak terduga
setelah pembelian.
2.Keputusan pembelian dengan keterlibatan rendah
Adalah keputusan pembelian produk/jasa yang biasanya tidak
membutuhkan keterlibatan tinggi dan penting bagi konsumen. Pencarian informasi
untuk mengevaluasi merek alternatif biasanya sedikit.
B.Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Setiadi (2003:16-19), proses pengambilan keputusan
terdiri dari lima tahap, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
pengevaluasian alternatif, pencarian informasi, keputusan pembelian, dan
perilaku setelah pembelian.
1. Pengenalan kebutuhan
Tahap pertama proses pengambilan keputusan pembelian di mana
konsumen menyadari adanya masalah kebutuhan dan terdapat perbedaan antara
kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat
disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal
seseorang, seperti rasa lapar, haus ataupun rangsangan eksternal seseorang
ketika konsumen melewati suatu toko, misalnya toko makanan yang dapat
merangsang rasa laparnya.
2. Pencarian informasi
Tahap pencarian informasi timbul ketika seorang konsumen
yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi kebih banyak.
Dalam hal ini, sumber informasi konsumen dapat dibagi menjadi empat kelompok
yaitu (1) sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan; (2) sumber
komersil : iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan dan pameran; (3) sumber
umum : media massa, organisasi konsumen; dan (4) sumber pengalaman : pernah
menangani, menguji, menggunakan produk.
3.Pengevaluasian alternatif
Tahap pengevaluasi alternatif merupakan tahap tentang
bagaimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai alternatif
di dalam serangkaian pilihan untuk membuat keputusan akhir. Konsumen mungkin
mengembangkan seperangkat kepercayaan terhadap pilihan tertentu dimana setiap
pilihan memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan yang lain.
4.Keputusan pembelian
Tahap keputusan pembelian ini merupakan tahap lanjutan dari
pengevaluasian alternatif dimana tahap ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu (1)
intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif pilihan konsumen; (2)
Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain itu; (3) faktor-faktor
keadaan yang tidak terduga dan (4) faktor-faktor pertimbangan konsumen lainnya
seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat
produk yang diharapkan.
5. Perilaku setelah pembelian
Tahap perilaku setelah pembelian dapat berupa kepuasan atau
ketidakpuasan. Dalam hal ini jika konsumen merasa puas setelah pemakaian maka
konsumen tersebut dapat merekomendasikannya kepada rekan-rekannya apabila
diperhadapkan pada pilihan yang sama. Sebaliknya apabila konsumen merasa tidak
puas misalnya barang yang dibelinya ada kerusakan maka ia akan meminta produsen
barang tersebut untuk memprosesnya, namun apabila tanggapan konsumen tidak
diperhatikan maka ia akan menjadi referensi negatif bagi rekan-rekannya apabila
diperhadapkan pada pilihan yang sama.
2.2 PENELITIAN TERDAHULU
Pujiyono Andy Kridasusila Fakultas Ekonomi Universitas Semarang, dengan judul "Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Minat Pembelian Ulang Dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Di Toko Alfamart Jati Raya Semarang)". Tujuan peneliti ini untuk untuk menguji pengaruh kualitas layanan terhadap minat pembelian ulang dengan kepuasan pelanggan sebagai media intervening di Toko Alfamart. Uji Validitas dan Uji reabilitas menunjukkan bahwa semua variable dalam penelitian ini adalah valid dan realibel. Data diolah mengunakan analisis regresi linier berganda, yaitu Y1= 0,750X1 kemudian Y2= 0,503X1 + 0,347Y1. Hasil pembahasan membuktikan bahwa penelitian ini sesuai dengan hipotesisnya. Hasilnya adalah kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan dan dengan kepuasan pelanggan sebagai variable intervening berpengaruh positif terhadap minat pembelian ulang. Variabel Kualitas layanan (0,503) berpengaruh lebih besar dibandingkan dengan kepuasan pelanggan (0,347). Koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,629 yang menunjukkan bahwa kualitas layanan dan kepuasan pelanggan secara bersama-sama dapat mempengaruhi sebesar 62,9%, sedangkan sisanya 37,1% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti promosi, citra merek, dan lain-lain.
Edy Suryawardana, Sri Yuni Widowati, Witjaksono E.H. (Dosen Fakultas Ekonomi), dengan judul " Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pelanggan Dalam Pembentukan Intensitas Pembelian Konsumen Di Indomaret Terwaralaba ( Studi Kasus Indomaret Terwaralaba Cv. Kirana Semarang )". Tujuan peneliti ini untuk menganalisis pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap pembentukan intensitas pembelian konsumen di Indomaret. dan untuk menganalisis pengaruh antara kepuasan konsumen terhadap pembentukan intensitas pembelian konsumen di Indomaret. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
- Kualitas pelayanan mempunyai pengaruh terhadap intensitas pembelian, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,028 < 0,05. Dengan demikian hipotesis diterima.
- Kepuasan konsumen mempunyai pengaruh terhadap intensitas pembelian, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian hipotesis diterima
- Nilai Adjusted R Square sebesar 0,666 yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen dapat menjelaskan intensitas pembelian di swalayan Indomaret Terwaralaba CV. Kirana sebesar 66,6%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diamati seperti harga, promosi, dan kualitas produk.
Raudhah Maria Ulfah Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma (2008), dengan judul "Analisis Variabel Pembentuk Kepuasan Konsumen Pada Ritel Hipermarket di Depok". Tujuan peneliti ini adalah untuk mengidentifikasi variabel pembentuk kepuasan konsumen pada ritel hipermarket di Depok dan ingin mengetahui seberapa besar hubungan antar variabel pembentuk kepuasan konsumen pada ritel hipermarket di Depok. Dari lima variabel yang telah diuji dan dianalisis dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Hubungan antar variabel pembentuk kepuasan konsumen pada ritel hipermarket di Depok adalah signifikan.
- Variabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati mampu membentuk komponen utama kepuasan konsumen.
- Dari lima variabel yang paling dominan membentuk kepuasan konsumen pada ritel hipermarket adalah variabel Daya Tanggap.
Dengan mengetahui bahwa lima variabel kualitas jasa dapat membentuk kepuasan konsumen pada ritel hipermarket di Depok, maka penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pengusaha ritel modern untuk lebih memahami konsumen dan mengaplikasikannya kedalam strategi pemasaran. Daya Tanggap menunjukkan variabel yang paling mendominasi dalam membentuk kepuasan konsumen berbelanja pada ritel hipermarket di Depok, untuk variabel-variabel yang lain perlu adanya evaluasi dan peningkatan pelayanan yang telah disediakan agar pelayanan kualitas jasa yang disediakan pada ritel hipermarket diterima baik oleh konsumen.
2.3 HIPOTESIS
Kualitas layanan adalah
perspektif konsumen dalam jangka panjang dan merupakan evaluasi kognitif dari
transfer jasa. Jadi kualitas layanan dapat di ukur melalui persepsi pelanggan
mengenai jasa yang diberikan oleh suatu perusahaan. Dengan
di lakukannya penelitian di berbagai lokasi atau tempat yaitu Semarang dan Depok maka yang mempengaruhi kepuasan konsumen pada ritel modern yaitu penentapan harga dan kulitas pelayanan yang baik. Faktor tersebut merupakan
alternative yang memenuhi atau melebihi harapan terlaksananya rencana atau
kegiatan dalam memberikan layanan dengan baik. Maka dari beberapa faktor
tersebut ,merupakan faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen di
alfamart Bekasi.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
- Variabel fasilitas (place) dan kualitas pelayanan (promotion) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen berbelanja di Alfamart Di Jalan Raya Narogong Bekasi
- Variabel kualitas pelayanan (promotion) merupakan variabel yang berpengaruh dominan dalam mempengaruhi keputusan konsumen berbelanja di Alfamart Di Jalan Raya Narogong Bekasi
0 comments:
Post a Comment