Effendy
(2002 : 32-33) mengatakan bahwa efektifitas iklan adalah kondisi sejauh mana
efek pesan iklan yang disampaikan itu dapat menarik perhatian, dimengerti,
dipahami, membangkitkan emosi dan menggerakkan sasarannya untuk memberikan
tanggapan yang dikehendaki.
Durianto (2003 : 15) mengatakan bahwa secara umum,
tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektifitas periklanan,
yaitu: penjualan, pengingatan dan persuasi. Efektifitas periklanan yang
berkaitan dengan pengingatan dan persuasi dapat diketahui melalui riset tentang
dampak komunikasi.
Efektifitas iklan dapat diukur dengan menggunakan banyak
cara yaitu : Media Mix Planning, Customer Response Index, DRM (Direct Rating
Method), EPIC Model yang dikembangkan oleh ACNielsen dan Consumer Desicion
Model. Media Mix Planning merujuk pada penggunaan dua atau lebih bentuk media
yang berbeda dalam sebuah rencana periklanan; Customer Response Index yang merupakan
hasil perkalian antara awareness (kesadaran), comprehend (pemahaman konsumen),
interest (ketertarikan), intentions (maksud untuk membeli), dan action
(bertindak membeli); DRM disebut juga Metode Penentuan Peringkat Langsung untuk
menguji pesan iklan. Konsumen diberi beberapa alternatif iklan kemudian mereka
diminta untuk menentukan peringkat masing-masing iklan. Dalam metode ini
semakin tinggi peringkat yang diperoleh sebuah iklan maka semakin tinggi pula
kemungkinan iklan tersebut efektif. Sedangkan EPIC Model mengukur efektifitas
iklan terhadap dampak komunikasi, mencakup empat dimensi kritis, yaitu: empati,
persuasi, dampak dan komunikasi (Durianto, 2003).
Efektivitas Iklan Suatu iklan
dapat dikatakan efektif, apabila tujuan dari periklanan tersebut dapat tercapai
atau terlaksana. Purnama 2001 menyatakan bahwa : “Tujuan dari pembuatan iklan
harus dapat menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pembeli tentang produk
yang ditawarkan oleh perusahaan melalui media iklan tersebut”. Handoko,
menyatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam menilai efektivitas, yaitu :
- Kegunaan,
- Ketepatan dan Objektivitas,
- Ruang lingkup,
- Efektivitas biaya,
- Akuntabilitas, dan
- Ketepatan waktu.
Agar berguna bagi perusahaan
dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, maka suatu periklanan harus
fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana serta mudah untuk dipahami.
Hal ini memerlukan analisa, peramalan dan pengembangan usaha periklanan dengan
mempertimbangkan segala sesuatu pembuatan iklan sebagai proses yang
berkesinambungan. Kegiatan iklan harus dievaluasi untuk mengetahui apakah
jelas, mudah dipahami, dan akurat dan tepat pada sasarannya. Berbagai keputusan
dan kegiatan perusahaan hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang
tepat. Periklanan juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan (comprehensiveness),
kepaduan (unity) dan konsistensi. Efektifitas biaya menyangkut
masalah waktu, usaha dan aliran emosional dari pencapaian iklan tersebut.
Kemudian periklanan juga harus memperhatikan aspek tanggungjawab atas
pelaksanaan iklan tersebut dan tanggungjawab atas implementasi kegiatan
periklanan tersebut. Sehingga segala kegiatan periklanan yang telah dilakukan
akan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan. Apabila tujuan periklanan
tersebut dapat tercapai, dengan terlebih dahulu mengadakan pemilihan media yang
sesuai serta mengadakan penyusunan anggaran untuk kegiatan periklanan tersebut,
maka suatu iklan dapat dikatakan efektif. Selain itu efektivitas iklan menurut
Subroto, bisa diukur dengan mengetahui proses yang dilaku¬kan oleh audience
pada ketiga perta¬nyaan, yakni brand, Komunikator dan execution. Komunikator
berbicara tentang figure yang digunakan utuk mengkomunikasikan produk dan ini
tidak selalu orang tetapi bisa figure lain seperti binatang atau kartun. Dalam
tahap inilah pilihan antara artis atau bukan artis muncul. Penggunaan artis
memiliki kelebihan untuk familiarity nya, sehingga produk produk baru mudah
sekali mendapatkan tingkat awareness. Tetapi ada juga resiko menenggelamkan
produknya karena communicatornya lebih menonjoI. Resiko lain adalah overused
karena satu artis mengiklankan banyak merek sehingga akhirnya semua merek
malahan tidak mendapatkan manfaatnya. Berbicara tentang pemilihan gambar warna,
huruf, perpindahan frame, jalan cerita, dan lain lain. Eksekusi juga
sangat menentukan keberhasilan iklan karena akan diresponse langsung oleh
audience. Bebe¬rapa tahun yang lalu BCA membuat satu iklan yang konsepnya
seder¬hana dan communicatornya juga bukan selebritis, tetapi karena eksekusinya
sangat bagus mendapatkan response yang bagus. Sebaliknya pemilihan Komunikator
yang sangat baik dari produk yang sangat baik akan kurang baik hasilnya apabila
eksekusi iklan dilakukan tidak baik. Iklan BRI yang menggunakan uang ratusan ribu
sebagai pesawat kertas kemudian melayang layang di berbagai fasilitas BRI
sebenarnya bagus tetapi eksekusinya sangat tidak mendukung. Yang ketiga adalah
produk/merek itu sendiri. Ketika melihat sebuah iklan, kon¬sumen memiliki
pandangan tertentu terhadap produk yang dilklankan. Melihat iklan shampoo
misalnya penonton akan dibawa pada suatu pemikiran bahwa shampoo tersebut bisa
membuat rambut menjadi hitam sehingga kulit wajah yang sama menjadi lebih
putih. Respon terhadap produk ini penting karena sebenarnya disinilah kunci
keberhasilan iklan, yakni mengubah attitude audiencenya tentang produk yang
diiklankan. Ketiga jenis response di atas bermuara pada dua hal yakni Ad
likability, yakni tingkat kesukaan pada iklan dan product likability, yakni
tingkat kesukaan pada produknya sendiri. Dua likability ini akhirnya
bermuara pada preferensi dan buying intention. Dengan demikian performance
iklan tidak cukup kalau hanya mendapatkan adlikeability dan tidak bisa
mendapatkan product likability. Lomba iklan favorit melalui berbagai
penghargaan yang berbicara satu dimensi, ad likeability saja, mungkin akan
menjadi menarik kalau juga diukur dimensi yang lain, bahkan kalau mungkin
sampai dampaknya mendorong minat beli konsumen. Kalau hanya satu dimensi saja,
bisa saja iklan dibuat sangat baik dan dengan kreatifitas yang sangat tinggi
serta visualisasinya menarik tetapi ternyata penjualan produknya tetap saja
jeblok. Kalimat ini tentu saja jangan diartikan bahwa iklan yang baik harus
selalu mendorong penjualan, karena hal ini berarti bahwa pembuatan iklan
kembali kepada advertising objective yang jelas dan terukur
Referensi :
- http://ramakertamukti.wordpress.com/2011/12/16/efektivitas-iklan-sebuah-cerita-ilmiah/
- http://id.shvoong.com/business-management/marketing/2182465-definisi-efektivitas-iklan/
Cari penjahit BUSANA WANITA dan BISA CASTEM itu SUSAH?, Tenang.... sekarang ada kami "ISTIQOMAH COLLECTION" yang bisa menjawab kedua hal itu. Jika anda berminat, silahkan Kontak kami di ( SINI )
ReplyDelete