KARYA ILMIAH
Karya ilmiah lazim juga disebut karangan ilmiah. Lebih
lanjut, Brotowidjoyo menjelaskan karangan ilmiah adalah karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh
hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut
metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
Karya ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper)
adalah laporan tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau
pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi
kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian,
makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu
merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam
karya ilmiah biasa dijadikan acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan
penelitian atau pengkajian selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah
harus memenuhi syarat metode ilmiah. Menurut John Dewey ada 5 langkah pokok
proses ilmiah, yaitu:
- Mengenali dan merumuskan masalah
- Menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis
- Merumuskan hipotesis atau dugaan hasil sementara
- Menguji hipotesis
- Menarik kesimpulan.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih
untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan
skripsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan
penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu
makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran
ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang
ditulis pakar-pakar dalam bidang tertentu yang dipelajari. Penyusunan laporan
praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan
kemampuan menyusun laporan penelitian. Dalam beberapa hal, ketika mahasiswa
melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang melakukan verifikasi terhadap proses
penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan sebelumnya. Kegiatan praktikum didesain
pula untuk melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang
diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga
setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang
bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek
(memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau
penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi
maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak,
membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis
apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan,
klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa
mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang
digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan
suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud
membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
- Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah
harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau
ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan
sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan
hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias
hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju
sasaran).
- Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.
Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap
ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat
mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”.
Beberapa sikap ilmiah menurut Mukayat Brotowidjoyo (1985
:31-34), antara lain :
- Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka
ia berusaha mengetahuinya.
- Senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan
peristiwa.
- Kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin
untuk menyelidiki suatu masalah.
- Memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan
eksperimen.
- Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada
bukti yang kuat.
- Kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik
kesimpulan.
- Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang
lain.
- Bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang
kuat.
- Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu.
- Menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya
sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan
kepentingan dirinya sebagai subjek.
- Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru.
- Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang
baik dan konstruktif.
- Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang
dilakukannya.
* Sikap menghargai karya orang lain
- Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai
karyanya.
- Menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau
bangsa lain.
- Tidak bosan mengadakan penyelidikan.
- Bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan.
- Tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila
belum selesai.
- Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja
dengan teliti.
- Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda
dengan apa yang diketahuinya.
- Bersedia menerima kritikan dan respon negatif terhadap
pendapatnya.
C. Macam-macam karya ilmiah
Merupakan karya tulis yang dirancang untuk dimuat di jurnal
atau buku kumpulan artikel, ditulis dengan tatacara ilmiah, dan disesuai dengan
konvensi ilmiah yang berlaku. Artikel dapat dipilah menjadi dua yaitu
artikel hasil penelitian dan artikel nonpenelitian.
Karya tulis yang memuat hasil pemikiran tentang masalah,
disusun secara sistematis dan runtut, dan disertai analisis yang logis dan
objektif. Makalah dibedakan menjadi dua yaitu Makalah teknis
dan Makalah nonteknis
- Laporan Penelitian: Karya tulis yang berisi paparan proses
dan hasil penelitian.
Pengaruh Konsep Attachment Terhadap Loyalitas Pelanggan Kartu Xl
Penulis : Alfu Baiduri Amro (Universitas Islam Negeri (Uin) Malang)
Pertumbuhan perekonomian dunia saat ini telah mencapai situasi dimana persaingan telah menjadi kegiatan sehari-hari yang harus dihadapi oleh pelaku bisnis disetiap sektor kegiatan ekonomi. Akibatnya, tingkat persaingan antara industri yang sejenis semakin ketat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya industri yang bermunculan dengan produk dan kualitas yang hampir sama. Termasuk di dalamnya adalah industry jasa telekomunikasi, hal ini terbukti dengan banyaknya opertor seluler yang menawarkan jasanya dalam bidang telekomunikasi. Dunia telekomunikasi Indonesia saat ini diramaikan dengan sistem telekomunikasi yang menggunakan teknologi global Sistem mobile (GSM), yaitu sebuah sistem komunikasi tanpa kabel yang dikembangkan dan digunakan secara menyeluruh di seluruh dunia. Sehingga penggunaannya dapat dilakukan dimanapun juga selama ada jaringan yang memberikan layanan. Pertumbuhan bisnis seluler GSM (Global System for Mobile Communication) berkembang sangat pesat. Meningkatnya minat dan kebutuhan akan telepon seluler (ponsel) mengakibatkan permintaan simcard yang cukup tinggi dan ikut mendorong pertumbuhan populasi ponsel di Indonesia. Populasi ponsel masih rendah dibanding jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta orang. Tingkat penetrasi ponsel di Indonesia baru mencapai 22-24%.
Menurut catatan sampai awal tahun 2007, jumlah nomor ponsel di Indonesia sudah mencapai sekitar 50 juta pelanggan, meski jumlah pelanggan sebenarnya tidak sebesar itu. Ini terjadi karena ada banyak orang yang menggunakan macam-macam kartu dari operator yang berbeda sesuai dengan kepentingannya dan adanya nomor-nomor hangus (churn) tetapi masih tetap tertera dalam data operator. Sebagai perbandingan, di Singapura penetrasi ponsel telah mencapai angka 97,7% (Majalah Marketing, Juni 2006), di sana jumlah pelanggan boleh dikatakan angka sebenarnya karena operator yang ada (Sing Tel, Star Hub, Mobile One) mempunyai kualitas yang setara dan umumnya satu orang menggunakan satu kartu, sehingga loyalitas pelanggan dapat dijamin.
Di Indonesia muncul beberapa operator telepon seluler yang berbasis GSM diantaranya yaitu: PT. Telkomsel, PT. Indosat Multi Media Mobile, PT. Lippo Telecom, dan PT. Excelcomindo Pratama. Operatoroperator tersebut mempunyai produk yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya walaupun ada beberapa kesamaan yang dimiliki oleh mereka. PT Excelcomindo Pratama Tbk, atau disingkat XL, adalah salah satu perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia. XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Oktober 1996, dan merupakanperusahaan swasta pertama yang menyediakan layanan telepon mobile di Indonesia. XL memiliki empat produk GSM, yaitu XL Bebas (prabayar), Jempol (prabayar), Xplor (pascabayar), dan Jimat(dulunya merupakan jenis layanan untuk Jempol, tetapi kemudian dikembangkan menjadi produksendiri yang lebih dikhususkan untuk komunikasi ke luar negeri). Selain itu XL juga menyediakan layanan korporat yang termasuk Internet Service Provider (ISP) dan VoIP. XL Bebas merupakan salah satu produk unggulan (Core Product) dari PT Excelcomindo Pratama Tbk yang berbasis GSM dalam bentuk kartu prabayar dengan beberapa keunggulan dan fitur. (www.xl.co.id)
Proses pemasaran itu terjadi atau di mulai jauh sejak sebelum barang-barang di produksi. Keputusan-keputusan dalam pemasaran harus di buat untuk menentukan produk dan pasarnya, harganya, dan promosinya. Kegiatan pemasaran tidak bermula pada saat selesainya proses produksi, juga tidak berahir pada saat penjualan dilakukan. Perusahaan harus dapat memberikan pandangan yang baik terhadap perusahaan jika mengharapkan usahannya dapat berjalan terus. (Swasta dan Sukotjo 1993:179).
Di era perdagangan bebas dewasa ini, perusahaan dituntut untuk menemukan dan membangun sistem manajemen yang mampu secara profesional meretensi para pelanggannya. Untuk itulah, perusahaan dituntut untuk mampu memupuk keunggulan kompetitifnya masingmasing melalui upaya-upaya yang kreatif, inovatif, secara efisien, sehingga menjadi pilihan dari banyak pelanggan yang pada gilirannya nanti diharapkan menjadi loyal (Hurriyati, 2005: 127).
Loyalitas pelanggan memiliki peranan yang besar bagi keuntungan perusahaan. Dalam jangka panjang lebih menguntungkan memelihara pelanggan lama dibandingkan terus menerus menarik dan menumbuhkan pelanggan baru, karena semakin mahalnya biaya perolehan pelanggan baru dalam iklim kompetisi yang sedemikian ketat. Misalnya saja dalam persaingan bisnis GSM, saat para operator begitu gencar melakukan promosi untuk mendapatkan pelanggan baru. Harga kartu perdana (starter pack) semakin murah, di mana harga jualnya di bawah nilai pulsa yang ada di dalamnya untuk menarik pelanggan baru. Padahal hanya berhasil menjual kartu perdana saja bukan berarti menambah pelanggan baru, karena yang terjadi saat ini banyak dari para pelanggan baru tersebut membuang kartu-kartu perdana ketika masa aktifnya habis, karena ia harus melakukan pengisian ulang pulsa, ia harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk mengisi pulsanya dan lebih untung membeli kartu perdana ketimbang mengisi ulang kartu lamanya. Persaingan yang semakin ketat antara institusi penyedia produk belakangan ini bukan hanya disebabkan globalisasi. Tetapi lebih disebabkan karena pelanggan semakin cerdas, sadar harga, banyak menuntut, dan didekati oleh banyak produk. Kemajuan teknologi komunikasi juga ikut berperan meningkatkan intensitas persaingan, karena memberi pelanggan akses informasi yang lebih banyak tentang berbagai macam produk yang ditawarkan. Artinya pelanggan memiliki pilihan yang lebih banyak dalam menggunakan uang yang dimilikinya.
Dalam kondisi semakin meningkatnya persaingan antara produkproduk sejenis (dalam hal ini adalah persaingan dalam bisnis inidustri telekomunikasi), maka perusahaan yang satu dengan yang lain saling bersaing merebutkan konsumen. Perusahaan yang mampu menciptakan dan mempertahankan pelangganlah yang akan sukses dalam persaingan. Oleh sebab itulah perusahaan berusaha mencari konsumen yang sebanyak-banyaknya dan pada akhirnya konsumen tersebut nantinya diharapkan akan menjadi pelanggan yang loyal. Usaha untuk memperoleh pelanggan yang loyal tidak bisa dilakukan sekaligus, tetapi melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari pelanggan potensial sampai memperoleh partners (Hurriyati, 2005: 128). Salah satu strategi yang digunakan oleh operator seluler untuk menarik konsumen yang sebanyak-banyaknya adalah dengan memproduksi kartu perdana secara massal dengan tingkat harga jual yang rendah (di bawah harga isi ulang pulsa reguler). Strategi ini digunakan hampir oleh semua operator seluler dalam upaya meningkatkan konsumennya, termasuk juga oleh PT. Exelcomindo Pratama. Tbk dengan produk utamanya Kartu XL Bebas. Namun ditengah gencarnya promosi menjual kartu perdana dengan harga murah ini muncullah suatu hal yang sangat ironi bagi perusahaan, yaitu tentang fenomena tingginya Churn rate (tingkat kartu hangus).
Menurut Indonesia Development Monitoring Research (IDM) melaporkan bahwa hasil survey yang dilakukan IDM tentang pengguna seluler di Indonesia adalah bahwa Persaingan bisnis telekomunikasi sangatlah ketat. Para operator berlomba-lomba untuk menambah jumlah customer base-nya. Dalam enam bulan terakhir 2008 perang penjualan kartu perdana murah yang dilakukan para operator cukup marak. Kondisi ini mendorong peningkatan Churn rate (kartu hangus), akibatnya kartu perdana kini menjadi semacam Calling Card, hanya digunakan ketika pulsa masih ada dan bila sudah tidak ada pulsanya, kartu akan dibuang kemudian beralih ke kartu lain. Churn rate di Indonesia bisa mencapai 26% dalam setahun, sementara yang terjadi di Asean rataratanya mencapai 15%. Tingginya Churn rate, dipacu oleh murahnya harga pulsa kartu perdana bila dibandingkan dengan pulsa isi ulang. (www.detiknet.com)
Manager Marketing PT Excelcomindo (XL) Central Region Nurul Nurnasari berpendapat bahwa pelanggan ponsel di Indonesia masih sensitif dengan masalah tarif. Ketika ada operator yang menawarkan tariff lebih murah, pelanggan langsung berpindah operator. Perpindahan pelanggan dari operator yang satu ke operator lainnya inilah yang memicu tingginya churn. Pelanggan secara otomatis menghanguskan kartu ponsel yang lama pindah ke operator lainnya. Setelah memberlakukan tarif murah, tingkat churn di XL mencapai 40 persen.
Menurut Nurul, tarif murah memang efektif untuk menjaring pelanggan baru namun tidak untuk mencari pelanggan loyal. Kenyataan ini merupakan hal yang ironis bagi perusahaan, di satu sisi perusahaan berusaha untuk terus menambah jumlah pelanggannya dengan menjual kartu perdana murah, namun di sisi lain perusahaan juga dengan mudah akan ditinggalkan pelanggannya. Pada dasarnya semua perusahaan mengharapkan pelanggan yang loyal agar dapat menjadi ujung tombak perusahaan dalam memenangkan persaingan, akan tetapi dalam melakukan program pemasarannya seringkali terjadi gap antara perusahaan dan pelanggannya sehingga tawaran yang diberikan oleh perusahaan tidak dapat berjalan secara utuh.
Dalam hal ini perusahaan memberikan tawaran kartu perdana murah dengan harapan akan dapat menambah jumlah konsumen dan nantinya menjadi pelanggan yang loyal, akan tetapi di sisi lain konsumen menggunakan kartu perdana tersebut untuk sekali pakai (Calling Card).
Loyalitas merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain (Durianto dkk, 2001:62). Kotler, Hayes dan Bloom (2002) menyebutkan ada enam alasan mengapa suatu institusi perlu mendapatkan loyalitas pelanggannya. Pertama: pelanggan yang ada lebih prospektif, artinya pelangganloyal akan memberi keuntungan besar kepada institusi. Kedua: biaya mendapatkanpelanggan baru jauh lebih besar berbanding menjaga dan mempertahankanpelanggan yang ada. Ketiga: pelanggan yang sudah percaya pada institusi dalam suatu urusan akan percaya juga dalam urusan lainnya. Keempat: biaya operasiinstitusi akan menjadi efisien jika memilikibanyak pelanggan loyal. Kelima: institusi dapat mengurangkan biaya psikologis dan sosial dikarenakan pelanggan lama telah mempunyai banyak pengalaman positifdengan institusi. Keenam: pelanggan loyal akan selalu membela institusi bahkan berusaha pula untuk menarik dan memberi saran kepada orang lain untuk menjadi pelanggan.
Menurut Griffin (2003: 20-21) faktor yang menentukan loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu adalah keterikatan (attachment) yang tinggi terhadap produk atau jasa tertentu disbanding terhadap produk atau jasa pesaing potensial, dan pembelian yang berulang. Keterikatan yang dirasakan pelanggan terhadap produk ataujasa dibentuk oleh dua dimensi: tingkat preferensi (seberapa besar keyakinan pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu) dan tingkat diferensiasi produk yang dipersepsikan (seberapa signifikan pelanggan membedakan produk atau jasa tertentu dari alternatif-alternatif lain). Dimensi Attachment tentang preferensi konsumen mencakup kategori sosial, kejiawaan dan kepribadian. Hal ini menggambarkan pengaruh yang berasal dari aspek internal konsumen. Sedangkan dimensi diferensiasi produk mencakup kategori merek, kualitas dan harga. Oleh sebab itulah Berdasarkan uraian diatas dan melihat betapa pentingnya nilai dari keterikatan yang dirasakan oleh konsumen terhadap suatu produk dalam turut membentuk loyalitas pelanggan maka penelitian ini mengambil judul ”Pengaruh Konsep Attachment Terhadap Loyalitas Pelanggan Kartu Xl (Survey Pada Xl Center Cabang Malang)”.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat diidentifikasikan rumusan masalahnya sebagai berikut:
- Apakah terdapat pengaruh signifikan secara simultan dari variabel attachment yang terdiri dari dimensi tingkat preferensi dan tingkat differensiasi terhadap loyalitas konsumen ?
- Apakah terdapat pengaruh signifikan secara parsial dari variabel attachment yang terdiri dari dimensi tingkat preferensi dan tingkat differensiasi terhadap loyalitas konsumen ?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :
- Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan secara simultan dari variabel attachment yang terdiri dari dimensi tingkat preferensi dan tingkat differensiasi terhadap loyalitas konsumen.
- Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan secara parsial dari variabel attachment yang terdiri dari dimensi tingkat preferensi dan tingkat differensiasi terhadap loyalitas konsumen.
dalam penyusunan skripsi ini lebih terarah dan tidak terlalu melebar, maka indikator dan variabel yang digunakan dalam penelitian hanya dibatasi pada masalah preferensi dan diferensiasi yang relevan terhadap produk kartu prabayar serta pengaruhnya terhadap kesediaan konsumen untuk terus menggunakan kartu
perdana tersebut (loyalitas konsumen). Karena sebagaimana diketahui bahwa meski secara fisik produk kartu perdana adalah berbentuk “industri barang” akan tetapi dalam sifat penggunaan selanjutnya merupakan “industri jasa”.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yaitu:
a. Aplikasi dari ilmu yang diperoleh peneliti selama mengikuti perkulihaan.
b. Indikator sejauh mana ilmu yang sudah diperoleh selama mengikuti perkuliahan dapat diterapkan secara nyata dalam dunia usaha.
a. Menambah khasanah keilmuan dalam bidang pemasaran khususnya loyalitas yang dapat terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia perekonomian.
b. Bahan masukan untuk mengevaluasi sejauh mana kurikulum yang diberikan mampu memenuhi tuntutan perkembangan dunia perekonomian khususnya pemasaran pada saat ini.
a. Informasi untuk menentukan kebijakan perusahaan yang menyangkut loyalitas konsumen.
b. Bahan pertimbangan untuk mengevaluasi strategi pemasaran khususnya mengenai masalah loyalitas konssumen.
KARYA NON ILMIAH
Karya tulis non-ilmiah (karya non ilmiah) adalah karya tulis
ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar. Karya tulis non-ilmiah itu pun bervariasi bahan
topiknya dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung oleh fakta umum.
Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak, gaya bahasanya mungkin formal dan
teknis, atau formal dan populer.
Karya tulis ilmiah dapat dibedakan dengan karya tulis non
ilmiah, dimana karya tulis non ilmiah sangat bersifat subjektif.
- Ditulis berdasarkan fakta pribadi dan umumnya bersifat
subyektif.
- Topik dan cara penyajiannya bervariasi, tetapi tidak
didasari fakta umum.Bahasanya konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan
populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.
B. Sifat karya non ilmiah
- Emotif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang
terkadang melampaui kebenaran.
- Persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca.
- Deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data
dan fakta.
- Terkadang over claiming. Karya-karya non ilmiah ini terutama
dapat dilihat dalam bentuk karya-karya seni, seperti cerpen, novel, puisi,
komik, dan lain-lain yang sejenisnya.
C. Macam-macam karya non ilmiah
- Cerpen. Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang
cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang
lebih panjang.
- Dongeng. Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran
fiktif dan kisah nyata, diakhir cerita biasanya mengandung pesan moral.
- Roman. Sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau ganjaran
yang isinya menggambarkan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa
masing-masing.
- Novel. Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif,
biasanya dalam bentuk cerita.
- Drama. Suatu bentuk karya sastra yang memilki bagian untuk
diperankan oleh aktor.
D. Contoh Karya Non Ilmiah (Cerpen )
By. Deny Fadjar Suryaman
Gedubrakkkkk.. “aduuuhhh, siaalllll” lagi – lagi Slamet
jatuh dari kasur yang seakan – akan itu telah menjadi tanda alarm yang slalu
membuatnya terbangun dari tidurnya. Aneh, yah memang aneh, dulu waktu dia
pertama kali lahir dari lobang ibunya (ingat lobang yang di bawah bukan lobang
hidung ibunya) bapaknya kasih dia nama ‘Slamet’ itu karena bapaknya berharap
dia tumbuh jadi anak yang beruntung, tapi entah aura apa yang slalu menaunginya
sampai dia untuk bangun dari tidur aja slalu sial ‘Hahahahaa’.
Pagi itu setelah dia terjatuh dari tempat tidurnya, dia
langsung beranjak ke kamar mandi. Di tempat yang kata anak muda zaman sekarang
itu tempat bergalau karena di kamar mandi terdapat shower sebuah alat
paten yang biasa digunakan anak muda untuk mengobati rasa galaunya itu Slamet
hanya melakukan kebiasaannya setiap kali dia mandi, yaitu: hanya bergosok gigi
dan membersihkan muka dengan pembersih muka saja. Dia slalu beranggapan bahwa
mandinya seorang lelaki itu yah cuma gosok gigi dan membersihkan muka saja,
jadi yah apa bedanya dengan kebiasaan yang slalu dia lakukan, menurut dia hanya
yang membedakannya adalah dia tidak membasuh badannya dengan air. Menurut
pendapatnya dia gak terbiasa membasuh badannya dengan air.
“heeh Slamet” sentak bokapnya yang datang tiba – tiba.
Slamet yang merasa kaget dengan reflex dia berkata “aduh
jantung gue copot”
“tumben kamu jam segini mandi? Biasanya kan kamu mandinya
nunggu matahari ada di atas ubun – ubun (baca, siang)”
“biasa pak hari minggu, mau main sama temen” balas Slamet.
Hari ini Slamet dan empat kawan ingin pergi bermain ke kota
Jakarta, sekedar ingin bermain ke tempat yang ramai di kunjungi orang (setau
geu sih Jakarta emang udah rame?? =_=” ). Dia dan empat temannya yang bernama
Sopyan, Haris, Dadang, dan Budi (ini bukan Budi yang biasa anak SD sebut kalau
lagi belajar baca, yaah!!!) pergi dengan menggunakan jasa kereta api.
“hei, sob kenapa kita gak pergi naik bus aja daripada naik
kereta?” sahut Haris.
“heeh ris, naik kereta itu banyak seninya. Didalam loe bisa
ngobrol sama penumpang, loe bisa godain mbak – mbak yang jualan, dan kalau loe
beruntung bisa cari cewek didalam kereta. Gak kaya naik bus, cuma bisa duduk
rapih, yang ada gue malah tidur. Jadi, gak ada seninya sob” terang Slamet.
“bener noh ris, udah lah naik kereta aja” sambung Dadang.
Dan akhirnya mereka berlima pun pergi dengan menggunakan
kereta yang menuju Jakarta.
Didalam kereta sudah penuh sesak dengan penumpang yang ingin
beraktivitas, baik yang ingin pergi beraktivitas ke kota Jakarta maupun hanya
sekedar bermain sama seperti yang mereka lakukan. “sob mending berdiri di
sambungan aja, percuma masuk kedalam gerbong gak akan dapet tempat duduk” ajak
Slamet pada teman yang lainnya. Mereka berlima pun memenuhi sambungan kereta
yang secara tidak langsung merupakan jalan lalu lintas para penumpang lain yang
ingin berpindah gerbong ke gerbong yang lainnya.
Sesaat setelah kereta melalui beberapa stasiun, Sopyan yang berdiri
tepat berhadapan dengan Dadang merasa gelisah. “sumpah, gue udah kaya orag
pacaran aja sama si Dadang. Liat posisi gue (berdiri berhadapan seperti
pasangan yang sedang bersiap untuk ciuman) gak gue banget”.
“najis loe yan, emang gue nafsu sama loe?” bantah Dadang.
“udah – udah liat Slamet sama Budi, anteng bener dengan
posisi mesra gtu” Haris menyelah.
“kekes bud. Hahahahaaa” tambahnya.
Budi yang merasa posisinya dengan Slamet keliat
aneh langsung menghentakan tangan Slamet yang bertopang pada dinding kereta
yang tepat di bahunya sambil berkata “anjiir loe met”.
Slamet yang merasa kaget tanpa sengaja bibirnya menyentuh
pipi mbak – mbak yang jualan nasi merah yang berdiri tepat di sebelah dia dan
Budi. “astaghfirullah..” reflex Slamet, “maaf mbak gak sengaja”.
“sengaja juga gak apa – apa kok” jawab mbak penjual.
“pindah – pindah sob, jangan disini berdirinya. Sumpah, gak
aman posisinya” tambah Slamet pada temannya.
Mereka pun pindah mencari tempat yang lain.
Dan akhirnya mereka memutuskan berpisah, Haris dan Sopyan
memilih berdiri didekat pintu kereta, Budi dan Dadang memilih masuk agak
kedalam gerbong, dan Slamet hanya berdiri didepan pintu kamar mandi. Dan
akhirnya mereka sampai di stasiun Serpong, yang artinya cuma beberapa stasiun lagi
mereka sampai pada tujuan.
“ris liat tuh ada cewek di atas gedung, lagi liat kesini.
Pasti dia lagi manggil bokapnya trus bilang ‘ayah – ayah ada orang ganteng
tuh di kereta’ “. Terang Sopyan.
“wew, paling juga bokapnya bilang ‘aah, salah liat
kali’ ”. Jawab Haris.
Tanpa disadari Haris, Dadang, Budi, dan Sopyan, ternyata
Slamet yang sudah pindah berdiri di seberang pintu kamar mandi ternyata di
hampiri seorang cewek cantik yang baru naik ketika di stasiun Serpong tadi.
“khhmmm, hajar met” teriak Budi yang meliat posisi Slamet
sangat menguntungkan, bagai dapat durian runtuh.
Slamet yang lugu dan polos itu pun hanya terdiam dan
bergetar karena posisinya yang berpulukkan dengan cewek itu, yang hanya
dibatasi tas yang di gendongnya.
Dan akhirnya cewek itu pun turun di stasiun berikutnya.
“woy cah, awas kaki loe tuh, jangan keluar pintu”
sahut polisi yang bertugas menjaga di dalam kereta pada Haris.
“liat ris, awas wooyyy!!!” teriak Sopyan.
‘Wwwusssshhhhtttttttttttttt’
“selamet, selamet, hampir aja kaki gue putus nih yan”
“itu kan namaaaa guee rissss” teriak Slamet.
Akhirnya mereka pun tiba di stasiun kota di Jakarta. Dan
bergegas turun dari kereta yang memberikan berbagai macam seni didalamnya.
“sumpah, lain kali gue gak bakal naik kereta lagi. Hampir
aja kaki gue putus” kata terakhir yang di lontarkan Haris yang kecewa
dengan kejadian di kereta saat di stasiun.
PERBEDAAN
KARYA ILMIAH DENGAN NON ILMIAH
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang
sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan
istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan
nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat
penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan
nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang
signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari
beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil
penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara
fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan
pengamatan atau observasi. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis.
Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu
dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses
pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya,
tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis
dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah
yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di
atas, terdapat juga karangan yang berbentuk
semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan
dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan
nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan
antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa,
struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa
yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa
yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain,
karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada
istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan,
karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara
ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap
sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan
(preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan
nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah
adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan
semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang
tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber,
novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara
penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah
ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya
bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun
kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif:
kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan
dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan
untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup
informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan
subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
Referensi :
Google.com.2011.”Karya Ilmiah dan Non Ilmiah”. http://eziekim.wordpress.com/2011/03/01/karya-ilmiah-dan-non-ilmiah/
Google.com.2012.”Perbedaan antara Karangan Ilmiah, Karangan
Non Ilmiah, Karangan Semi Ilmiah”.http://yulandari.wordpress.com/2012/03/26/perbedaan-antara-karangan-ilmiah-karangan-non-ilmiah-karangan-semi-ilmiah/