Tuesday, November 27, 2012

Arti sebuah keikhlasan


Ikhlas adalah rangkaian enam huruf yang sering dan mudah kita ucapkan. Namun dalam aplikasinya, ternyata perkara ini tidak mudah untuk kita lakukan. Bahkan mungkin diri kita pun tidak bisa mengukur seberapa besar kadar keikhlasan kita dalam mengerjakan sesuatu. Ikhlas berarti bersih. Suci dari segala niat buruk di dalam hati. Ikhlas berarti hanya mengharap ridho Allah semata. Tanpa pamer, riya’, atau mengharap pujian dari siapapun. Baginya, apa yang dia lakukan adalah untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Allah.

Namun ikhlas bukan berarti hanya dalam memberi. Tapi juga ikhlas dalam menerima.Baginya, apa yang Allah berikan adalah yang terbaik untuk dirinya. Ikhlas merupakan salah satu syarat kunci diterimanya amal perbuatan seseorang. Islam pun menempatkan niat menjadi landasan utama dalam mengerjakan suatu amal perbuatan karena akan berpengaruh terhadap kualitas amal seseorang, seperti yang telah disebutkan dalam hadist Arbain pertama dalam hal niat.

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”

Orang yang ikhlas adalah orang yang selalu menata niatnya ketika akan melakukan suatu perbuatan. Namun menata niat ternyata tidak hanya dilakukan pada saat sebelum melakukan amal saja. Niat itu bersarang dalam hati. Agar ia tetap terjaga utuh maka seseorang harus menata niatnya sebelum melakukan amal, ketika melakukan dan sesudah selesai. Terkadang mungkin kita sudah ikhlas ketika sebelum berbuat sesuatu. Namun ketika sedang melakukannya, timbul rasa riya’ di dalam hati. Tak jarang juga mungkin kita sudah ikhlas ketika sebelum dan saat melakukan perbuatan. Namun setelah selesai kita sibuk bercerita kepada teman atau orang lain atas sesuatu pekerjaan yang telah kita lakukan.

Oleh sebab itu, kita harus senantiasa menjaga semua niatan dalam hati kita. Jangan-jangan semua yang telah kita lakukan selama ini hanyalah sia-sia belaka akibat ketidakikhlasan kita. Astaghfirullah…. Ada beberapa tanda orang ikhlas dalam melakukan suatu amal perbuatan.

Pertama, tidak gampang kecewa. Orang yang ikhlas tidak akan bingung memikirkan hasil akhir yang dia peroleh atas apa yang dikerjakan. Baik dan buruk suatu hasil pekerjaan dia serahkan kepada Allah. Baginya yang terpenting adalah bagaimana dia menjalankan proses tersebut dengan mempersembahkan yang terbaik bagi Allah. Sehingga apapun yang terjadi, dia tidak mudah kecewa dan putus asa.

Kedua, orang yang melakukan sesuatu kemudian dia melupakan kebaikannya. Just do it and forget it, itulah kuncinya. Orang seperti ini hanya sibuk untuk melakukan kebaikan, namun tidak sibuk menunjukkan kebaikannya kepada orang lain. Seperti halnya orang yang BAB (Buang Air Besar). Setelah selesai, dia tidak pernah mengingat dan mencari apa yang telah dibuang dari dalam tubuhnya tersebut.

Ketiga, tidak membedakan amal besar dan kecil. Baginya semua amal yang dia kerjakan adalah sama saja. Yang terpenting adalah niatnya. Bisa jadi seorang makmum yang ikhlas menata sandal para jamaah shalat di masjid pahalanya lebih besar daripada seorang imam shalat jamaah yang hanya mengharapkan pujian dari orang-orang di sekitarnya.

Keempat, tidak memusingkan status. Baginya dimanapun dia berada, dia harus bisa mempersembahkan yang terbaik di mata Allah. Seorang kader dakwah seharusnya tidak memusingkan di posisi mana dia berada. Staf, midle, ataupun posisi pengurus harian, tetap membuatnya bekerja optimal dalam mengemban amanah-amanahnya.

Referensi :
  1. http://saydha.wordpress.com/2011/10/01/arti-sebuah-keikhlasan/

0 comments:

Post a Comment